Berpikir merupakan ciptaan dalam
bentuk akal yang diciptakan oleh tuhan yang maha kuasa. Berpikir merupakan kata
kerja dalam kamus Bahasa Indonesia, berawal dari kata pikir yang berarti apa yang ada dalam hati, akal budi, ingatan,
angan-angan, kata dalam hati, pendapat, pertimbangan. Sedangkan, menurut kata kerjanya berpikir itu adalah
menggunakan akal budi untuk menemukan jalan keluar, mempertimbangkan
atau memutuskan sesuatu.
Pikiran ada dalam diri manusia
tanpa terkecuali, baik mereka sehat atau sakit, sadar maupun tidak sadar.
Berpikir hanya ada didalam diri manusia, sebab pikiran adalah salah satu yang
dapat membedakan manusia dengan hewan. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles
bahwa manusia adalah seekor hewan sosial atau seekor binatang dengan unsur –
unsur tertentu yang khas, khususnya rasio dan tuturan.[1]
Oleh karena itu, berpikir merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh manusia setiap waktu. Salah satu macam berpikir
yag tidak semua orang bisa melakukannya adalah berpikir kritis, sebab berpikir
kritis hanya diperuntukan untuk orang yang mempunyai daya nalar yang tinggi dan
mempunyai rasionalitas logika yang tinggi pula. Orang – orang yang berpikir
kritis berbeda dengan orang – orang yang berpikir protes walaupun ada kesamaan
arti yaitu sama-sama bentuk penolakan dari sesuatu atau seseorang.
Pikiran yang digunakan dalam
penalaran dan diungkapkan lewat bahasa juga memiliki materi dan bentuk.
Contohnya, kalau kita mengatakan bundar, materinya adalah isi dan arti kata itu
sendiri, sedangkan bentuknya adalah positif. Akan tetapi, jika kita mengatakan
tidak bundar, bentuknya adalah negatif.[2]
Seperti yang sudah diungkapkan
dalam pendahuluan bahwa berpikir erat kaitannya dengan manusia. Semua orang
yang dapat merubah dunia adalah orang – orang yang berpikir besar. Adanya arus
globalisasi, penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru adalah hasil
dari pemikir – pemikir yang berkualitas. Sebab hanya dengan pemikirannya, mereka
dapat menentukan wajah baru dan dunia baru.
Masalahnya adalah tidak semua orang
dapat menghasilkan pemikiran – pemikiran yang berkualitas dan dapat merubah
dunia kearah yang lebih baik lagi. Para kalangan akademisi merupakan pemikir, namun
belum tentu sebagai pemikir yang berkualitas. Sebab kebanyakan dari mereka
hanya berpikir secara emosional, mengandalkan asumsi dan terkesan egosentris.
Sebagai kalangan akademisi yang
dituntut akal budinya, mengharuskan mereka untuk berpikir secara kritis,
berpikir yang tidak hanya memaksakan emosional dan terbenam dalam pola
pemikirannya sendiri. Agar pemikiranya itu dapat berupa sebuah karya
intelektual yang hadir secara ilmiah, atas dasar validitas dan analisis suatu
data.
Berpikir secara kritis berarti
berpikir secara luas dan terbuka dengan mempertimbangkan kemungkinan –
kemungkinan hingga mendapatkan suatu fakta dan informasi yang dapat diterima
atau ditolak.
Menurut Paul & Elder (2005),
berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari
hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan
daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas.
Seseorang yang berpikir kritis akan
mampu menyelesaikan masalah dengan sistemasi pemikiran yang abstrak lalu
menyusunnya dalam metode penyelesaian yang efektif. Namun timbulah masalah yang
dapat mengkategorikan seserorang itu dapat berpikir kritis atau tidak sebab
manusia adalah subjek bagi kehidupan ini dan mereka cenderung menggunakan
emosional dalam berpikir. Itu akhirnya dapat menimbulkan sifat egosentrisme
yang dapat membuat pemikiran jadi tertutup akan pemikiran yang lain sehingga
sulit menemukan inovasi atau terobosan baru serta meletakkan pemikir – pemikir
ini dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan
sekitar.
Untuk membedakan berpikir secara
kritis atau berpikir secara protes, berikut adalah ciri khas pemikir kritis:
a. Mampu
membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi
yang ada.
b. Berpikir
terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang
logis.
c. Berkomunikasi
secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks
Hanya sedikit didunia ini yang
hanya berlandaskan hitam dan putih atau seperti koin yang mempunyai dua sisi.
Selebihnya adalah kompleks bahkan multikompleks, maka dari itu diperlukan
pemikiran yang tidak hanya memandang satu sisi namun dari beberapa sisi hingga
mencapai kesimpulan yang rasional dan masuk dalam logika.
Apa itu logika? Secara etimologi, Menurut
Jan Hendrik Rapar dalam bukunya pengantar
logika, Logika adalah mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata,
mengenai percakapan atau yang berkenaan
dengan ungkapan lewat bahasa. Logika ini lebih mengutamakan daya nalar
dibanding dengan perasaan.
Logika tidak mempelajari cara
berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat
dan praktis. Banyak jalan pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir
kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan, dan sugesti. Juga banyak pemikiran
yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci-maki, kata pujian atau
pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan
argumen yang secar selintas kelihatan benar untuk memperoleh keuntungan pribadi
maupun golongan. [3]
Maka dari itu, Logika akan membantu
seseorang untuk mampu berpikir dengan rasional, abstrak dan logika. Karena jika
tidak mempunyai unsur – unsur tersebut maka seseorang itu akan sulit untuk
dapat berpikir secara kritis. Ia akan senantiasa berpikir sesuai dengan
kehendaknya sebagai naluriah yang terkandung dalam setiap diri manusia.
Seperti yang terjadi Pada saat ini
banyak orang yang menyetarakan antara berpikir kritis dengan berpikir secara
protes. Sebab dalam kajiannya sama menolak sesuatu atau seseorang. Namun pada
dasarnya Berpikir secara kritis itu sudah termasuk berpikir secara protes,
tetapi berpikir secara protes tidak termasuk berpikir secara kritis.
Cara seseorang berpikir secara kristis, adalah
sebagai berikut:
a. Ketika menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru,
pastikan memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.
b. Pelajari bagaimana fakta atau informasi diperoleh.
Apakah diperoleh dari percobaan, apakah percobaan tersebut dilakukan dengan
baik dan bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi?
c. Jangan
terima semua pernyataan pada secara seketika. Apakah sumber informasi tersebut dapat
dipercaya?
d. Pertimbangkan apakah kesimpulan
mengikuti fakta? Bila fakta tidak mendukung
kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan kenapa demikian. Apakah argumen yang
dipergunakan logis atau mengambang?
e. Terbuka
terhadap gagasan baru.
Contoh terkenal adalah teori tektonik lempeng. Meskipun prinsip-prinsip
dasarnya telah diketahui pada awal abad 20, namun teori tersebut baru diterima
kalangan luas setelah tahun 1970-an setelah bukti-bukti yang berlimpah.
Tanda – tanda pemikir yang kritis,
adalah kesiapan untuk menantang ide – ide orang lain ( anti thesis). Salah
satunya adalah dalam keterampilan berpikir secara kritis, Robert Ennis yang
merupakan bapak berpikir kritis di Amerika Utara mengidentifikasi 12 aspek
dalam wujud keterampilan berpikir kritis yang saling berkesinambungan adalah
sebagai berikut:[4]
1. Memahami
arti pernyataan.
2. Mempertimbangkan
adanya ambigunitas dalam penalaran.
3. Mempertimabangkan
pernyataan yang kontradiktif satu dengan yang lain.
4. Mempertimbangkan
kesimpulan yang diikuti.
5. Mempertimbangkan
pernyataan yang cukup spesifik.
6. Mempertimbangkan
pernyataan penerapan satu prinsip.
7. Mempertimbangkan
satu pernyataanhasil observasi.
8. Mempertimbangkan
kesimpulan induktif yang diperingatkan.
9. Mempertimbangkan
masalah yang telah dikenali.
10. Mempertimbangkan
sesuatu sebagai asumsi.
11. Mempertimbangkan
definisi yang tepat.
12. Mempertimbangkan
pernyataan yang diambil oleh otoritas yang diterima.
Dengan demikian, berpikir secara
kritis adalah menggunakan akal budi untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati.
Berpikir secara kritis didefinisikan sebagai ketetapan yang hati-hati
dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau
menangguhkan penilaian terhadap suatu namun didasarkan dengan fakta,data, dan
informasi yang akurat.
Berpikir secara
kritis juga bermanfaat untuk kita. Berpikir secara kritis dapat membuat kita
tidak salah jalan, mempunyai intelektual yang teruji dan mengasah pola pikir
yang akan terus menemukan inovasi – inovasi baru.
[1] Dikutip dari
Dr.H. Dadang Supardan,M.Pd,
Pengantar Ilmu sosial, P.T. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 26
[2] Dikutip dari Jan Hendrik Rapar, Pengantar
Logika, Kanisius,Yogyakarta, 1996,hlm. 17
[3]
Dikutip dari Drs.H.Mundiri, Logika, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta,2009. Hlm.8
[4]
Dikutip dari artikel berpikir kritis oleh Dr. Padmono.Y melalui
[http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/14/berpikir-kritis/] [last update: 14
agustus 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar