Laman

Jumat, 04 Mei 2012

BERPIKIR KRITIS MAKA BERPIKIR DENGAN LOGIKA


Berpikir merupakan ciptaan dalam bentuk akal yang diciptakan oleh tuhan yang maha kuasa. Berpikir merupakan kata kerja dalam kamus Bahasa Indonesia, berawal dari kata pikir yang berarti apa yang ada dalam hati, akal budi, ingatan, angan-angan, kata dalam hati, pendapat, pertimbangan. Sedangkan,  menurut kata kerjanya berpikir itu adalah  menggunakan akal budi untuk menemukan jalan keluar, mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu.
Pikiran ada dalam diri manusia tanpa terkecuali, baik mereka sehat atau sakit, sadar maupun tidak sadar. Berpikir hanya ada didalam diri manusia, sebab pikiran adalah salah satu yang dapat membedakan manusia dengan hewan. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa manusia adalah seekor hewan sosial atau seekor binatang dengan unsur – unsur tertentu yang khas, khususnya rasio dan tuturan.[1]
Oleh karena itu, berpikir merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia setiap waktu. Salah satu macam berpikir yag tidak semua orang bisa melakukannya adalah berpikir kritis, sebab berpikir kritis hanya diperuntukan untuk orang yang mempunyai daya nalar yang tinggi dan mempunyai rasionalitas logika yang tinggi pula. Orang – orang yang berpikir kritis berbeda dengan orang – orang yang berpikir protes walaupun ada kesamaan arti yaitu sama-sama bentuk penolakan dari sesuatu atau seseorang.
Pikiran yang digunakan dalam penalaran dan diungkapkan lewat bahasa juga memiliki materi dan bentuk. Contohnya, kalau kita mengatakan bundar, materinya adalah isi dan arti kata itu sendiri, sedangkan bentuknya adalah positif. Akan tetapi, jika kita mengatakan tidak bundar, bentuknya adalah negatif.[2]
Seperti yang sudah diungkapkan dalam pendahuluan bahwa berpikir erat kaitannya dengan manusia. Semua orang yang dapat merubah dunia adalah orang – orang yang berpikir besar. Adanya arus globalisasi, penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru adalah hasil dari pemikir – pemikir yang berkualitas. Sebab hanya dengan pemikirannya, mereka dapat menentukan wajah baru dan dunia baru.
Masalahnya adalah tidak semua orang dapat menghasilkan pemikiran – pemikiran yang berkualitas dan dapat merubah dunia kearah yang lebih baik lagi. Para kalangan akademisi merupakan pemikir, namun belum tentu sebagai pemikir yang berkualitas. Sebab kebanyakan dari mereka hanya berpikir secara emosional, mengandalkan asumsi dan terkesan egosentris.
Sebagai kalangan akademisi yang dituntut akal budinya, mengharuskan mereka untuk berpikir secara kritis, berpikir yang tidak hanya memaksakan emosional dan terbenam dalam pola pemikirannya sendiri. Agar pemikiranya itu dapat berupa sebuah karya intelektual yang hadir secara ilmiah, atas dasar validitas dan analisis suatu data.
Berpikir secara kritis berarti berpikir secara luas dan terbuka dengan mempertimbangkan kemungkinan – kemungkinan hingga mendapatkan suatu fakta dan informasi yang dapat diterima atau ditolak.
Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas.
Seseorang yang berpikir kritis akan mampu menyelesaikan masalah dengan sistemasi pemikiran yang abstrak lalu menyusunnya dalam metode penyelesaian yang efektif. Namun timbulah masalah yang dapat mengkategorikan seserorang itu dapat berpikir kritis atau tidak sebab manusia adalah subjek bagi kehidupan ini dan mereka cenderung menggunakan emosional dalam berpikir. Itu akhirnya dapat menimbulkan sifat egosentrisme yang dapat membuat pemikiran jadi tertutup akan pemikiran yang lain sehingga sulit menemukan inovasi atau terobosan baru serta meletakkan pemikir – pemikir ini dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar.
Untuk membedakan berpikir secara kritis atau berpikir secara protes, berikut adalah ciri khas pemikir kritis:
a.       Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada.
b.      Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis.
c.       Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks

Hanya sedikit didunia ini yang hanya berlandaskan hitam dan putih atau seperti koin yang mempunyai dua sisi. Selebihnya adalah kompleks bahkan multikompleks, maka dari itu diperlukan pemikiran yang tidak hanya memandang satu sisi namun dari beberapa sisi hingga mencapai kesimpulan yang rasional dan masuk dalam logika.
Apa itu logika? Secara etimologi, Menurut Jan Hendrik Rapar dalam bukunya pengantar logika, Logika adalah mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu  pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai  percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Logika ini lebih mengutamakan daya nalar dibanding dengan perasaan.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan, dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci-maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secar selintas kelihatan benar untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan. [3]
Maka dari itu, Logika akan membantu seseorang untuk mampu berpikir dengan rasional, abstrak dan logika. Karena jika tidak mempunyai unsur – unsur tersebut maka seseorang itu akan sulit untuk dapat berpikir secara kritis. Ia akan senantiasa berpikir sesuai dengan kehendaknya sebagai naluriah yang terkandung dalam setiap diri manusia.
Seperti yang terjadi Pada saat ini banyak orang yang menyetarakan antara berpikir kritis dengan berpikir secara protes. Sebab dalam kajiannya sama menolak sesuatu atau seseorang. Namun pada dasarnya Berpikir secara kritis itu sudah termasuk berpikir secara protes, tetapi berpikir secara protes tidak termasuk berpikir secara kritis.
Cara seseorang berpikir secara kristis, adalah sebagai berikut:
a.       Ketika menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru, pastikan memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.
b.      Pelajari bagaimana fakta atau informasi diperoleh. Apakah diperoleh dari percobaan, apakah percobaan tersebut dilakukan dengan baik dan bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi?
c.       Jangan terima semua pernyataan pada secara seketika. Apakah sumber informasi tersebut dapat dipercaya?
d.      Pertimbangkan apakah kesimpulan mengikuti fakta? Bila fakta tidak mendukung kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan kenapa demikian. Apakah argumen yang dipergunakan logis atau mengambang?
e.       Terbuka terhadap gagasan baru. Contoh terkenal adalah teori tektonik lempeng. Meskipun prinsip-prinsip dasarnya telah diketahui pada awal abad 20, namun teori tersebut baru diterima kalangan luas setelah tahun 1970-an setelah bukti-bukti yang berlimpah.

Tanda – tanda pemikir yang kritis, adalah kesiapan untuk menantang ide – ide orang lain ( anti thesis). Salah satunya adalah dalam keterampilan berpikir secara kritis, Robert Ennis yang merupakan bapak berpikir kritis di Amerika Utara mengidentifikasi 12 aspek dalam wujud keterampilan berpikir kritis yang saling berkesinambungan adalah sebagai berikut:[4]
1.      Memahami arti pernyataan.
2.      Mempertimbangkan adanya ambigunitas dalam penalaran.
3.      Mempertimabangkan pernyataan yang kontradiktif satu dengan yang lain.
4.      Mempertimbangkan kesimpulan yang diikuti.
5.      Mempertimbangkan pernyataan yang cukup spesifik.
6.      Mempertimbangkan pernyataan penerapan satu prinsip.
7.      Mempertimbangkan satu pernyataanhasil observasi.
8.      Mempertimbangkan kesimpulan induktif yang diperingatkan.
9.      Mempertimbangkan masalah yang telah dikenali.
10.  Mempertimbangkan sesuatu sebagai asumsi.
11.  Mempertimbangkan definisi yang tepat.
12.  Mempertimbangkan pernyataan yang diambil oleh otoritas yang diterima.
Dengan demikian, berpikir secara kritis adalah menggunakan akal budi untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati. Berpikir secara kritis didefinisikan sebagai ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu namun didasarkan dengan fakta,data, dan informasi yang akurat.
Berpikir secara kritis juga bermanfaat untuk kita. Berpikir secara kritis dapat membuat kita tidak salah jalan, mempunyai intelektual yang teruji dan mengasah pola pikir yang akan terus menemukan inovasi – inovasi baru.





[1]  Dikutip dari  Dr.H. Dadang Supardan,M.Pd,  Pengantar Ilmu sosial, P.T. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 26
[2]  Dikutip dari Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika, Kanisius,Yogyakarta, 1996,hlm. 17
[3] Dikutip dari Drs.H.Mundiri,  Logika, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2009. Hlm.8
[4] Dikutip dari artikel berpikir kritis oleh Dr. Padmono.Y melalui [http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/14/berpikir-kritis/] [last update: 14 agustus 2010]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar